Filtrasi
Filtrasi adalah
pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum,
yang di atasnya padatan akan terendapkan. Range filtrasi pada industri mulai
dari penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang
difiltrasi dapat berupa cairan atau gas; aliran yang lolos dari saringan
mungkin saja cairan, padatan, atau keduanya. Suatu saat justru
limbah padatnyalah yang harus dipisahkan dari limbah cair sebelum dibuang. Di
dalam industri, kandungan padatan suatu umpan mempunyai range dari hanya
sekedar jejak sampai persentase yang besar. Seringkali umpan dimodifikasi
melalui beberapa pengolahan awal untuk meningkatkan laju filtrasi, misal dengan
pemanasan, kristalisasi, atau memasang
peralatan tambahan pada penyaring seperti selulosa atau tanah diatomae. Oleh
karena varietas dari material yang harus disaring beragam dan kondisi proses
yang berbeda, banyak jenis penyaring telah dikembangkan, beberapa jenis akan
dijelaskan di bawah ini.
Fluida mengalir melalui media penyaring karena
perbedaan tekanan yang melalui media tersebut. Penyaring dapat beroperasi pada:
- Tekanan
di atas atmosfer pada bagian atas media penyaring.
- Tekanan
operasi pada bagian atas media penyaring.
- Vakum
pada bagian bawah.
Tekanan di atas atmosfer dapat dilaksanakan dengan
gaya gravitasi pada cairan dalam suatu kolom, dengan menggunakan pompa atau
blower, atau dengan gaya sentrifugal.
Penyaring sentrifugal didiskusikan pada seksi berikutnya pada bab ini. Dalam
suatu penyaring gravitasi media penyaring bisa jadi tidak lebih baik daripada
saringan (screen) kasar atau dengan unggun partikel kasar seperti pasir.
Penyaring gravitasi dibatasi penggunaannya dalam industri untuk suatu aliran
cairan kristal kasar, penjernihan air
minum, dan pengolahan limbah cair.
Kebanyakan penyaring industri adalah penyaring tekan,
penyaring vakum, atau pemisah sentrifugal. Penyaring tersebut beroperasi secara
kontinyu atau diskontinyu, tergantung apakah buangan dari padatan tersaring
tunak (steady) atau sebentar-sebentar. Sebagian besar siklus operasi dari
penyaring diskontinyu, aliran fluida melalui peralatan secara kontinu, tetapi
harus dihentikan secara periodik untuk membuang padatan terakumulasi. Dalam
saringan kontinyu buangan padat atau fluida tidak dihentikan selama peralatan
beroperasi.
Penyaring dibagi ke dalam tiga golongan utama, yaitu
penyaring kue (cake), penyaring penjernihan (clarifying), dan penyaring aliran
silang (crossflow). Penyaring kue memisahkan padatan dengan jumlah relatif
besar sebagai suatu kue kristal atau lumpur, sebagaimana terlihat dalam Gb.
30.4.a. Seringkali penyaring ini dilengkapi peralatan untuk membersihkan kue
dan untuk membersihkan cairan dari padatan sebelum dibuang. Penyaring penjernihan membersihkan sejumlah kecil padatan
dari suatu gas atau percikan cairan jernih semisal minuman. Partikel padat
terperangkap di dalam medium penyaring (Gb. 30.4.b) atau di atas permukaan
luarnya. Penyaring penjernihan berbeda dengan saringan biasa, yaitu memiliki
diameter pori medium penyaring lebih besar dari partikel yang akan disingkirkan.
Di dalam penyaring aliran silang, umpan suspensi mengalir dengan tekanan
tertentu di atas medium penyaring (Gb. 30.4.c). Lapisan tipis dari padatan
dapat terbentuk di atas medium permukaan, tetapi kecepatan cairan yang tinggi
mencegah terbentuknya lapisan. Medium penyaring adalah membran keramik, logam,
atau polimer dengan pori yang cukup kecil untuk menahan sebagian besar partikel
tersuspensi. Sebagian cairan mengalir melalui medium sebagai filtrat yang jernih,
meninggalkan suspensi pekatnya. Pembahasan selanjutnya, suatu penyaring ultra,
unit aliran silang berisi membran dengan pori yang sangat kecil, digunakan
untuk memisahkan dan memekatkan partikel koloid dan molekul besar.
Metode
Destruksi
Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan
senyawa menjadi unsur-unsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini
disebut juga perombakan, yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk
logam-logam anorganik. Pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam
ilmu kimia yaitu destruksi basah (oksida
basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi ini memiliki
teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang berbeda.
Metode Destruksi Basah
Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan
asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan
menggunakan zat oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi
basah antara lain asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat, dan asam klorida.
Kesemua pelarut tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun campuran. Kesempurnaan
destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi,
yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan
senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawa-senyawa garam yang
terbentuk setelah destruksi merupakan senyawa garam yang stabil dan disimpan
selama beberapa hari. Pada umumnya pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan
secara metode Kjeldhal. Dalam usaha pengembangan metode telah dilakukan
modifikasi dari peralatan yang digunakan (Raimon, 1993).
Metode Destruksi Kering
Destruksi kering merupakan perombakan organic logam
di dalam sampel menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel
dalam muffle furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam
destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC,
tetapi suhu ini sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis. Untuk
menentukan suhu pengabuan dengan system ini terlebih dahulu ditinjau jenis
logam yang akan dianalisis. Bila oksida-oksida logam yang terbentuk bersifat
kurang stabil, maka perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik. Untuk logam
Fe, Cu, dan Zn oksidanya yang terbentuk adalah Fe2O3,
FeO, CuO, dan ZnO. Semua oksida logam ini cukup stabil pada suhu pengabuan yang
digunakan. Oksida-oksida ini kemudian dilarutkan ke dalam pelarut asam encer
baik tunggal maupun campuran, setelah itu dianalisis menurut metode yang
digunakan. Contoh yang telah
didestruksi, baik destruksi basah maupun kering dianalisis kandungan logamnya.
Metode yang digunakaan untuk penentuan logam-logam tersebut yaitu metode Spektrofotometer
Serapan Atom (Raimon, 1993). Metode ini digunakan secara luas untuk penentuan
kadar unsur logam dalam jumlah kecil atau trace
level ( Kealey, D. dan Haines, P.J.
2002).
Menurut Raimon (1993) ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam hal menggunakan metode destruksi terhadap sampel, apakah
dengan destruksi basah ataukah kering, antara lain:
a. Sifat
matriks dan konstituen yang terkandung di dalamnya.
b. Jenis
logam yang akan dianalisis.
c. Metode
yang akan digunakan untuk penentuan kadarnya
Selain hal-hal di atas, untuk memilih prosedur yang
tepat perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain: waktu yang diperlukan
untuk analisis, biaya yang diperlukan, ketersediaan bahan kimia, dan
sensitivitas metode yang digunakan.
Menurut Sumardi (1981: 507), metode destruksi basah
lebih baik daripada cara kering karena tidak banyak bahan yang hilang dengan
suhu pengabuan yang sangat tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor mengapa
cara basah lebih sering digunakan oleh para peneliti. Di samping itu destruksi
dengan cara basah biasanya dilakukan untuk memperbaiki cara kering yang biasanya
memerlukan waktu yang lama.
Sifat dan karakteristik asam pendestruksi yang
sering digunakan antara lain:
1) Asam
sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk mempercepat terjadinya
oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan pengoksidasi yang kuat. Meskipun
demikian waktu yang diperlukan untuk mendestruksi masih cukup lama.
2) Campuran
asam sulfat pekat dengan kalium sulfat pekat dapat dipergunakan untuk
mempercepat dekomposisi sampel. Kalium sulfat pekat akan menaikkan titik didih
asam sulfat pekat sehingga dapat mempertinggi suhu destruksi sehingga proses
destruksi lebih cepat.
3) Campuran
asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan untuk mempercepat
proses destruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator yang kuat. Dengan
penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu destruksi sampel yaitu pada suhu
350 0C, dengan demikian komponen yang dapat menguap atau
terdekomposisi pada suhu tinggi dapat dipertahankan dalam abu yang berarti
penentuan kadar abu lebih baik.
4) Asam
perklorat pekat dapat digunakan untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi,
karena perklorat pekat merupakan oksidator yang sangat kuat. Kelemahan dari
perklorat pekat adalah sifat mudah meledak (explosive)
sehingga cukup berbahaya, dalam penggunaan harus sangat hati-hati.
5) Aqua
regia yaitu campuran asam klorida pekat dan asam nitrat pekat dengan
perbandingan volume 3:1 mampu melarutkan logam-logam mulia seperti emas dan
platina yang tidak larut dalam HCl pekat dan HNO3 pekat. Reaksi yang
terjadi jika 3 volume HCl pekat dicampur dengan 1 volume HNO3 pekat:

Gas klor (Cl2) dan gas
nitrosil klorida (NOCl) inilah yang mengubah logam menjadi senyawa logam
klorida dan selanjutnya diubah menjadi kompleks anion yang stabil yang selanjutnya
bereaksi lebih lanjut dengan Cl-.
DESTILASI
Destilasi
merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan perbedaan titik didik
atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam
proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan
dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini
maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin.
Proses
destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin,
proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian
luar condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini
berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh
senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.
Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah
bentuk larutan atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik
didihnya tidak terlaludekat. Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan
campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan.
Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung
pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses
ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu. Contoh destilasi adalah
proses penyulingan minyak bumi,penyulingan bio-ethanol, pembuatan minyak kayu
putih, dan memurnikan air minum.
Berlaku hanya untuk zat dengan fase cair
- Distilasi Sederhana, prinsipnya memisahkan dua
atau lebih komponen cairan berdasarkan perbedaan titik didih yang jauh
berbeda.
- Distilasi Fraksionasi (Bertingkat), sama
prinsipnya dengan distilasi sederhana, hanya distilasi bertingkat ini
memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu
memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang
berdekatan.
- Distilasi Azeotrop : memisahkan campuran azeotrop
(campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam
prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop
tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
- Distilasi Kering : memanaskan material padat
untuk mendapatkan fasa uap dan cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil
cairan bahan bakar dari kayu atau batu bata.
- Distilasi Vakum: memisahkan dua kompenen yang
titik didihnya sangat tinggi, motede yang digunakan adalah dengan
menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik
didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk
mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi (Van Winkel, 1967).
- Dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik didih
yang tinggi.
- Produk yang dihasilkan benar-benar murni.
- Hanya dapat memisahkan zat yang memiliki
perbedaan titik didih yang besar.
- Biaya penggunaan alat ini relatif mahal.
EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu
zat dengan pelarut. Ekstraksi menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut)
diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat
berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik atau
anorganik, untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis
kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan preparatif dalam bidang
kimia organik, biokimia, dan anorganik di laboratorium.
Alat yang digunakan berupa corong pisah
(paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet, sampai yang paling rumit berupa
alat counter current craig. Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan
suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak
bercampur dengan air. Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari
campurannya dengan menggunakan pelarut. Proses ekstraksi dengan pelarut
digunakan untuk memisahkan dan isolasi bahan-bahan dari campurannya yang
terjadi di alam, untuk isolasi bahan-bahan yang tidak larut dari larutan dan
menghilangkan pengotor yang larut dari campuran.
Berdasarkan hal di atas, maka prinsip
dasar ekstraksi ialah pemisahan suatu zat berdasarkan perbandingan distribusi
zat yang terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan.
Perbandingan distribusi ini disebut
koefisien distribusi (K).
K = konsentrasi zat terlarut dalam
pelarut pertama dibagi konsentrasi zat terlarut dalam pelarut kedua
Ekstraksi digolongkan menjadi dua macam ekstraksi yaitu:
1). Ekstraksi jangka pendek atau disebut
juga proses pengocokan
Hampir dalam semua reaksi organik, dalam
proses pemurniannya selalui melalui proses ekstraksi (penarikan senyawa cair
yang akan dimurnikan dari pelarut air oleh pelarut organik dengan cara
mengocoknya dalam corong pisah). Pelarut organik yang biasa dipakai untuk
melarutkan senyawa organik / ekstraksi ialah eter. Hal ini dikarenakan eter
merupakan pelarut yang memiliki sifat inert, mudah melarutkan senyawa-senyawa
organik, dan titik didihnya rendah sehingga mudah untuk dipisahkan kembali
dengan cara destilasi sederhana. Cara ekstraksi ini biasa dipergunakan dalam :
- Pembuatan ester, untuk memisahkan ester dari pencampurnya.
- Pembuatan anilin, nitrobenzen, kloroform, dan preparat organik cair lainnya.Bahan yang akan dipisahkan dalam suatu campuran akan terdistribusi diantara pencampurnya dan pelarutnya membentuk dua fasa/lapisan. Dengan demikian ekstraksi jangka pendek merupakan proses pengocokan yang dilakukan dengan menggunakan corong pisah, setelah dikocok dengan kuat dengan mencampurkan pelarut yang lebih baik bila didiamkan larutan akan membentuk dua lapisan. Gambar ekstraksi jangka pendek dapat ditunjukan pada gambar di bawah ini:
- Pembuatan ester, untuk memisahkan ester dari pencampurnya.
- Pembuatan anilin, nitrobenzen, kloroform, dan preparat organik cair lainnya.Bahan yang akan dipisahkan dalam suatu campuran akan terdistribusi diantara pencampurnya dan pelarutnya membentuk dua fasa/lapisan. Dengan demikian ekstraksi jangka pendek merupakan proses pengocokan yang dilakukan dengan menggunakan corong pisah, setelah dikocok dengan kuat dengan mencampurkan pelarut yang lebih baik bila didiamkan larutan akan membentuk dua lapisan. Gambar ekstraksi jangka pendek dapat ditunjukan pada gambar di bawah ini:
Cara melakukan ekstraksi jangka pendek
(pengocokan) menggunakan corong pisah:
Senyawa cair yang akan diekstraksi dimasukan ke dalam corong pisah, ditambahkan ke dalamnya eter secukupnya, dikocok kuat-kuat untuk memudahkan menarik senyawa tersebut dari pelarut air. Diamkan sebentar sampai terjadi dua lapisan. Kemudian ke dua lapisan tersebut dipisahkan dengan membuka kran corong pisah, lapisan yang bawah akan mengalir ke bawah, ditampung dalam suatu wadah. Sedangkan lapisan atas dibiarkan tertinggal dalam corong pisah. Zat yang terlarut dalam eter (biasanya ada di lapisan atas, sebab berat jenis eter lebih kecil daripada berat jenis air) dikeringkan dengan cara menambahkan zat pengering, disaring masuk ke dalam labu destilasi.
Senyawa cair yang akan diekstraksi dimasukan ke dalam corong pisah, ditambahkan ke dalamnya eter secukupnya, dikocok kuat-kuat untuk memudahkan menarik senyawa tersebut dari pelarut air. Diamkan sebentar sampai terjadi dua lapisan. Kemudian ke dua lapisan tersebut dipisahkan dengan membuka kran corong pisah, lapisan yang bawah akan mengalir ke bawah, ditampung dalam suatu wadah. Sedangkan lapisan atas dibiarkan tertinggal dalam corong pisah. Zat yang terlarut dalam eter (biasanya ada di lapisan atas, sebab berat jenis eter lebih kecil daripada berat jenis air) dikeringkan dengan cara menambahkan zat pengering, disaring masuk ke dalam labu destilasi.
2). Ekstraksi jangka panjang
Ekstraksi jangka panjang biasa dilakukan untuk memisahkan bahan alam yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan. Senyawa organik yang terdapat dalam bahan alam seperti kafein dari daun teh dapat diambil dengan cara ekstraksi jangka panjang dengan menggunakan suatu alat ekstraksi yang disebut alat soxhlet.
Ekstraksi jangka panjang biasa dilakukan untuk memisahkan bahan alam yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan. Senyawa organik yang terdapat dalam bahan alam seperti kafein dari daun teh dapat diambil dengan cara ekstraksi jangka panjang dengan menggunakan suatu alat ekstraksi yang disebut alat soxhlet.
Cara melakukan ekstraksi jangka panjang menggunakan alat soxhlet:
Susun alat-alat soxhlet seperti yang ditunjukan dalam gambar. Masukan 5 gram zat sampel yang telah dihaluskan ke dalam timbel (bungkus dengan kertas saring) kemudian masukan ke dalam tabung soxhlet. Isi labu dengan pelarut kira-kira 2/3 bagiannya dengan cara memasukan pelarut tersebut melalui pendingin gondok/spiral sampai badan soxhlet terisi setengahnya. Panaskan dengan hati-hati dalam water bath dan refluks selama ± 4 jam (sampai warna pelarut dalam badan soxhlet pada saat kontak dengan cuplikan tidak berubah). Pisahkan pelarut dari zat yang diekstrak dengan mendestilasi pelarut secara langsung menggunakan alat soxhlet, caranya ambil timbel yang mengandung cuplikan kemudian panaskan labu sehingga pelarut yang jernih tertampung pada badan soxhlet kurang lebih 2/3-nya, kemudian masukan pelarut yang sudah dimurnikan ke dalam botol penampung sisa pelarut. Ulangi pemanasan sehingga dalam labu hanya terdapat zat sampel.
Perhatian:
- Zat sampel yang digunakan harus dalam keadaan kering. Hati-hati dalam menggunakan pelarut, perhatikan bagaimana sifat-sifatnya karena kebanyakan pelarut mudah terbakar jika kontak dengan api.
- Cara pengesetan alat harus dimulai dari bawah, sedangkan kalau ingin membuka dimulai dari atas.
Susun alat-alat soxhlet seperti yang ditunjukan dalam gambar. Masukan 5 gram zat sampel yang telah dihaluskan ke dalam timbel (bungkus dengan kertas saring) kemudian masukan ke dalam tabung soxhlet. Isi labu dengan pelarut kira-kira 2/3 bagiannya dengan cara memasukan pelarut tersebut melalui pendingin gondok/spiral sampai badan soxhlet terisi setengahnya. Panaskan dengan hati-hati dalam water bath dan refluks selama ± 4 jam (sampai warna pelarut dalam badan soxhlet pada saat kontak dengan cuplikan tidak berubah). Pisahkan pelarut dari zat yang diekstrak dengan mendestilasi pelarut secara langsung menggunakan alat soxhlet, caranya ambil timbel yang mengandung cuplikan kemudian panaskan labu sehingga pelarut yang jernih tertampung pada badan soxhlet kurang lebih 2/3-nya, kemudian masukan pelarut yang sudah dimurnikan ke dalam botol penampung sisa pelarut. Ulangi pemanasan sehingga dalam labu hanya terdapat zat sampel.
Perhatian:
- Zat sampel yang digunakan harus dalam keadaan kering. Hati-hati dalam menggunakan pelarut, perhatikan bagaimana sifat-sifatnya karena kebanyakan pelarut mudah terbakar jika kontak dengan api.
- Cara pengesetan alat harus dimulai dari bawah, sedangkan kalau ingin membuka dimulai dari atas.
Gambar soxhletasi:
KROMATOGRAFI
Kromatografi adalah
suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan
pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul) yang berada pada larutan.[1] Molekul yang terlarut dalam fase gerak,
akan melewati kolom yang merupakan fase diam.[1] Molekul yang memiliki ikatan yang kuat
dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang
berikatan lemah.[2] Dengan ini, berbagai macam tipe molekul
dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.[2]
Setelah
komponen terelusi dari kolom, komponen tersebut dapat dianalisis dengan
menggunakan detektor
atau dapat dikumpulkan untuk analisis lebih lanjut.[2] Beberapa alat-alat analitik dapat
digabungkan dengan metode pemisahan untuk analisis secara on-line (on-line
analysis) seperti: penggabungan kromatografi gas (gas chromatography)
dan kromatografi cair (liquid chromatography) dengan mass
spectrometry (GC-MS dan LC-MS), Fourier-transform infrared spectroscopy
(GC-FTIR), dan diode-array UV-VIS (HPLC-UV-VIS).[2]
Jenis Kromatografi
Kromatografi Cair (Liquid Chromatography)
Kromatografi
cair merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion
atau molekul yang terlarut dalam suatu larutan. Jika
larutan sampel berinteraksi dengan fase stasioner, maka molekul-molekul
didalamnya berinteraksi dengan fase stasioner; namun interaksinya berbeda
dikarenakan adanya perbedaan daya serap (adsorption), pertukaran ion (ion
exchange), partisi (partitioning), atau ukuran. Perbedaan ini
membuat komponen terpisah satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya
dari lamanya waktu transit komponen tersebut melewati kolom.[3] Terdapat beberapa jenis kromatografi
cair, diantaranya: reverse phase chromatography, High Performance
Liquid Chromatography (HPLC), size exclusion chromatography, serta supercritical
fluid chromatography.[4]
Reverse phase chromatography
Reverse
phase chromatography merupakan alat analitikal yang kuat dengan memadukan
sifat hidrofobik
serta rendahnya polaritas
fase stasioner yang terikat secara kimia pada padatan inert
seperti silika.[4] Metode ini biasa digunakan untuk proses
ekstraksi dan pemisahan senyawa yang tidak mudah menguap (non-volatile).[4]
High performance liquid chromatography
High
performance liquid chromatography (HPLC) mempunyai prinsip yang mirip dengan reverse
phase.[4] Hanya saja dalam metode ini, digunakan
tekanan dan kecepatan yang tinggi.[4] Kolom yang digunakan dalam HPLC lebih
pendek dan berdiameter kecil, namun dapat menghasilkan beberapa tingkatan
equilibrium dalam jumlah besar.[4]
Size exclusion chromatography
Size
exclusion chromatography, atau yang dikenal juga dengan gel permeation
atau filtration chromatography biasa digunakan untuk memisahkan dan
memurnikan protein.[4] Metode ini tidak melibatkan berbagai
macam penyerapan dan sangat cepat.[4] Perangkat kromatografi berupa gel
berpori yang dapat memisahkan molekul besar dan molekul kecil.[4] Molekul besar akan terelusi terlebih
dahulu karena molekul tersebut tidak dapat penetrasi pada pori-pori.[4]
Kromatografi Pertukaran Ion (Ion-Exchange
Chromatography)
Kromatografi
pertukaran ion (ion-exchange chromatography) biasa digunakan untuk
pemurnian materi biologis, seperti asam amino, peptida, protein.[5][6] Metode ini dapat dilakukan dalam dua
tipe, yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar).[5] Terdapat dua tipe pertukaran ion, yaitu
pertukaran kation (cation exchange) dan pertukaran anion
(anion exchange).[6] Pada pertukaran kation, fase stasioner
bermuatan negatif;
sedangkan pada pertukaran anion, fase stasioner bermuatan positif.[6] Molekul bermuatan yang berada pada fase
cair akan melewati kolom.[6] Jika muatan pada molekul sama dengan
kolom, maka molekul tersebut akan terelusi.[6] Namun jika muatan pada molekul tidak
sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan membentuk ikatan ionik dengan kolom.[6] Untuk mengelusi molekul yang menempel
pada kolom diperlukan penambahan larutan dengan pH
dan kekuatan ionik tertentu.[6] Pemisahan dengan metode ini sangat
selektif dan karena biaya untuk menjalankan metode ini murah serta kapasitasnya
tinggi, maka metode ini biasa digunakan pada awal proses keseluruhan.[6]
Kromatografi
adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan
perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas
kolom yang di dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran
ditambahkan ke kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan
pengemban yang cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun
masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau
koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stationer).
Komponen
utama kromatografi adalah fasa stationer dan fasa mobil dan kromatografi dibagi
menjadi beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme
pemisahannya, seperti ditunjukkan di Tabel 12.1
Tabel 12.1 Klasifikasi kromatografi
Kriteria
|
Nama
|
Fasa mobil
|
Kromatografi
cair, kromatografi gas
Kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi |
Mekanisme
|
Kromatografi
pertukaran ion
kromatografi gel |
Fasa
stationer
|
Kromatografi
kolom, kromatografi lapis tipis,
kromatografi kertas |
Beberapa
contoh kromatografi yang sering digunakan di laboratorium diberikan di bawah
ini.
a. Kromatografi partisi
Prinsip
kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat
diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam
kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam
percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer dan fasa mobil.
Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fasa
mobil adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar partikel yang ter
adsorbsi.
Contoh khas
kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang digunakan luas karena
merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik (Gambar 12.3).
Kolomnya
(tabung gela) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang
dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel
kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sammpel diasorbsi oleh
adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes
dari atas kolom.
Partisi zat
terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut
yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat
terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju
penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien
partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan
membentuk beberapa lapisan.
Akhirnya,
masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan
spesimen murninya. Nilai R didefinisikan untuk tiap zat etralrut dengan
persamaan berikut.
R = (jarak yang ditempuh zat terlarut) / (jarak yang
ditempuh pelarut/fasa mobil).

b. Kromatografi kertas
Mekanisme
pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada
kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring,
yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang
kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam
pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air,
etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.
Kromatografi
kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar.
Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut
dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam
amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan
awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik
bagi mereka.
Kimiawan
Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang
menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat
campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena
kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang
teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai
ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal
sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino
diidentifikasi.
Kromatografi
kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan lembaran kecil, dan
sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua pelarut.
Gambar 12.4 Contoh hasil kromatografi kertas pigmen
dari percobaan
c. Kromatografi gas
Campuran gas
dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan
(kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).
Umumnya, untuk
kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon
teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan
ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah
gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan
gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida
dimungkinkan dengan teknik ini.
Dalam kasus
kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan
alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai
fasa diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap
dicampur dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan
dipartisi antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi.
Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.
Metoda ini
khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti
hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah
telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.
Efisiensi
pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya.
Disarankan untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk
berbagai senyawa. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian
dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan mempengaruhi kesensitifan teknik ini.
Metoda yang dipilih akan bergantung apakah tujuannya analisik atau preparatif.
d. HPLC
Akhir-akhir
ini, untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa organik skala
besar, HPLC (high precision liquid chromatography atau high performance liquid
chromatography) secara ekstensif digunakan. Bi la zat melarut dengan pelarut
yang cocok, zat tersebut dapat dianalisis. Ciri teknik ini adalah penggunaan
tekanan tinggi untuk mengirim fasa mobil kedalam kolom. Dengan memberikan
tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar.
Silika gel
atau oktadesilsilan yang terikat pada silika gel digunakan sebagai fasa
stationer. Fasa stationer cair tidak populer. Kolom yang digunakan untuk HPLC
lebih pendek daripada kolom yang digunakan untuk kromatografi gas. Sebagian
besar kolom lebih pendek dari 1 m.
Kromatografi
penukar ion menggunakan bahan penukar ion sebagai fasa diam dan telah berhasil
digunakan untuk analisis kation, anion dan ion organik.
Latihan
12.1
Distilasi fraktional
Tekanan uap
dua cairan A dan B adalah 1,50 x 104 N m-2 dan 3,50 x 104
N m-2 pada 20°C. dengan menganggap campuran A dan B mengikuti hukum
Raoult, hitung fraksi mol A bila tekanan uap total adalah 2,90 x 104
N m-2 pada 20°C.
12.1 Jawab
Fraksi mol A, nA, dinyatakan dengan.
Fraksi mol A, nA, dinyatakan dengan.
(nA
x 1,50 x 104) + (1 – nA) x 3,50 x 104 = 2,90 x
104 ∴ nA = 0,30
KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS
Kromatografi
lapis tipis merupakan
salah satu analisis kualitatif
dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.[1]
Prinsip
Prinsip
kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan
pelarut yang digunakan.[1] Teknik ini biasanya menggunakan fase
diam dari bentuk plat silika
dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan.[1] Larutan atau campuran larutan yang
digunakan dinamakan eluen.[1] Semakin dekat kepolaran antara sampel
dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.[2]
Visualisasi
Proses
berikutnya dari kromatografi lapis tipis adalah tahap visualisasi.[1] Tahapan ini sangat penting karena
diperlukan suatu keterampilan dalam
memilih metode yang tepat
karena harus disesuaikan dengan jenis sampel yang sedang di uji.[1] Salah satu yang dipakai adalah
penyemprotan dengan larutan ninhidrin.[3] Ninhidrin
(2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) adalah suatu larutan yang akan digunakan untuk
mendeteksi adanya gugus
amina.[3] Apabila pada sampel terdapat gugus
amina maka ninhidrin akan bereaksi menjadi berwarna ungu.[3] Biasanya padatan ninhidirn ini
dilarutkan dalam larutan butanol.[3]
Nilai Rf
Jarak antara
jalannya pelarut bersifat relatif.[4] Oleh karena itu, diperlukan suatu
perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama
walaupun ukuran jarak plat nya berbeda.[4] Nilai perhitungan tersebut adalah nilai
Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan
relatif antar sampel.[4] Nilai Rf juga menyatakan derajat
retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut
faktor retensi.[4] Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus
berikut[4] :
Rf = Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh
oleh pelarut
Semakin
besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa
tersebut pada plat
kromatografi lapis tipis.[5] Saat membandingkan dua sampel yang
berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila
senyawa tersebut kurang polar
dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis
tipis.[5]
Nilai Rf
dapat dijadikan bukti
dalam mengidentifikasikan senyawa.[5] Bila identifikasi nilai Rf memiliki
nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik
yang sama atau mirip.[5] Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda,
senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.[5]
Kromatografi Lapis Tipis
Bagian ini merupakan pengantar ke topik kromatografi lapis
tipis. Meskipun anda adalah seorang pemula yang mungkin lebih mengenal
kromatografi kertas, penjelasan tentang kromatografi lapis tipis sama
mudahnya dengan kromatografi kertas.
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis
Latar Belakang
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih lanjut.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Kromatogram
Kita akan mulai membahas hal yang sederhana untuk mencoba melihat bagaimana pewarna tertentu dalam kenyataannya merupakan sebuah campuran sederhana dari beberapa pewarna.
Latar Belakang
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih lanjut.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Kromatogram
Kita akan mulai membahas hal yang sederhana untuk mencoba melihat bagaimana pewarna tertentu dalam kenyataannya merupakan sebuah campuran sederhana dari beberapa pewarna.

Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.

Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.
Perhitungan nilai Rf
Jika anda ingin mengetahui bagaimana jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, anda dapat berhenti pada bahasan sebelumnya. Namun, sering kali pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Pengukuran berlangsung sebagai berikut:

Rf=jarak
yang ditempuh oleh komponen
jarak yang ditempuh oleh pelarut
jarak yang ditempuh oleh pelarut
Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen berwarna merah menjadi:

Bagaimana halnya jika substansi yang ingin
anda analisis tidak berwarna?
Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidak berwarna.
Menggunakan pendarflour
Mungkin anda masih ingat apa yang telah saya sebutkan bahwa fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika anda menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa jika anda menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.
Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidak berwarna.
Menggunakan pendarflour
Mungkin anda masih ingat apa yang telah saya sebutkan bahwa fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika anda menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa jika anda menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.

Penunjukkan bercak secara kimia
Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.
Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.

Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan
kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia
dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium.
Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
Penggunaan kromatografi lapis tipis untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa
Anggaplah anda mempunyai campuran asam amino dan ingin menemukan asam amino-asam amino tertentu yang terkandung didalam campuran tersebut. Untuk sederhananya, mari kira berasumsi bahwa anda mengetahui bahwa campuran hanya mungkin mengandung lima asam amino.
Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.
Bagian kiri gambar menunjukkan lempengan setelah pelarut hampir mencapai bagian atas dari lempengan. Bercak-bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang terjadi setelah lempengan disemprotkan ninhidrin.
Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
Penggunaan kromatografi lapis tipis untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa
Anggaplah anda mempunyai campuran asam amino dan ingin menemukan asam amino-asam amino tertentu yang terkandung didalam campuran tersebut. Untuk sederhananya, mari kira berasumsi bahwa anda mengetahui bahwa campuran hanya mungkin mengandung lima asam amino.
Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.
Bagian kiri gambar menunjukkan lempengan setelah pelarut hampir mencapai bagian atas dari lempengan. Bercak-bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang terjadi setelah lempengan disemprotkan ninhidrin.

Dalam contoh ini, campuran mengandung asam amino 1, 4 dan 5.
Bagaimana jika campuran mengandung lebih banyak asam amino daripada asam amino yang digunakan sebagai perbandingan? Ini memungkinkan adanya bercak-bercak dari campuran yang tidak sesuai dengan asam amino yang dijadikan perbandingan itu. Anda sebaiknya mengulangi eksperimen menggunakan asam amino lain sebagai perbandingan.
Bagaimana kromatografi lapis tipis
berkerja?
Fase diam-jel silika
Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.
Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain
Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.Fase diam-jel silika
Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.

Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah
alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus
-OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk
alumina.
Apa yang memisahkan senyawa-senyawa dalam kromatogram?
Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada:
Apa yang memisahkan senyawa-senyawa dalam kromatogram?
Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada:
·
Bagaimana kelarutan senyawa dalam
pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul
senyawa dengan pelarut.
- Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Hal
ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel
silika.
Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan.
Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut.
Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.
Dalam contoh yang sudah kita bahas, senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan menjerap lebih kuat daripada yang tergantung hanya pada interaksi van der Waals, dan karenanya bergerak lebih jauh pada lempengan.
Bagaimana jika komponen-komponen dalam campuran dapat membentuk ikatan-ikatan hidrogen?
Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika.
Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik-termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.
Ini merupakan tingkatan uji coba ? jika satu pelarut atau campuran pelarut tidak berkerja dengan baik, anda mencoba pelarut lainnya. (Berikan tingkatan dimana anda dapat berkerja, seseorang telah berkerja keras untuk anda dan anda hanya menggunakan campuran pelarut yang telah anda berikan dan segala sesuatunya akan berkerja dengan sempurna!)
semoga bermanfaat