DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................. 1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 TEORI ...................................................................................................... 2
BAB 2 METODE ..................................................................... 4
2.1 Ekstraksi
Senyawa Tanin dari Daun Trembesi........................................ 4
2.2 Uji Fitokimia Senyawa
Tanin pada Ekstrak Daun Trembesi .................. 4
2.3 Pemisahan dan
Pemurnian Senyawa Tanin.............................................. 5
2.4 Identifikasi Senyawa
Tanin dengan Spektrofotometer UV-vis dan FTIR 5
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................... 6
3.1 Hasil uji
fitokimia...................................................................................... 6
3.2 Pemisahan dan
Pemurnian senyawa Tanin ............................................. 6
3.3 Identifikasi Senyawa
Tanin dengan Spektrofotometer UV-vis dan FTIR 7
BAB 4 KESIMPULAN.............................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 9
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
TOERI
Tanaman alpukat
merupakan tanaman yang cukup banyak ditemukan di Indonesia. Pada tahun
2012, produksi buah alpukat di Indonesia mencapai 290.810
ton. Produksi buah 10 tahun
terakhir mencapai rata-rata 243.930 ton
(Badan Pusat Statistik, 2012).
Semakin meningkatnya permintaan
terhadap alpukat, penanamannya pun semakin meningkat. Walaupun bukan
tanaman asli Indonesia, keberadaan alpukat
tidak asing lagi
bagi masyarakat. Pada penelitian
tentang penapisan fitokimia daun
alpukat (Adha, 2009), diketahui
bahwa daun alpukat mengandung senyawa flavonoid, tanin
dan kuinon. Tanin, sebagai zat
pewarna akan menimbulkan warna cokelat atau kecokelatan (Prayitno dkk., 2003).
Pengambilan tanin dari suatu senyawa dapat dilakukan dengan cara
ekstraksi.Salah satu faktor yang berpengaruh pada proses ekstraksi zat warna
adalah jenis pelarut. Menurut Artati dan Fadilah (2007), tanin merupakan
golongan senyawa polifenol yang sifatnya polar, dapat larut dalam gliserol,
alkohol dan hidroalkoholik, air dan aseton, tetapi tidak larut dalam kloroform,
petroleum eter dan benzene.
Pada ekstraksi
dengan menggunakan air, umumnya menghasilkan rendemen yang cukup banyak, namun
kandungan zat warna tanin yang didapat sedikit, sehingga akan berpengaruh juga
terhadap hasil pewarnaan. Oleh karena itu perlu adanya percobaan dengan jenis
pelarut lain agar didapat hasil ekstrak zat warna daun alpukat yang maksimal.
Pada penelitian ini, pelarut yang digunakan antara lain etanol 95% dan aseton
dengan proporsi tertentu. Untuk mendapatkan ekstrak zat warna yang maksimal,
maka perlu digunakan larutan pengesktrak yang cocok dengan sifat zat yang akan
diekstrak dimana zat yang akan diekstrak dapat larut di dalamnya (Putri dkk.,
2005). Faktor waktu ekstraksi juga merupakan hal yang cukup penting
diperhatikan dalam proses ekstraksi tanin karena juga dapat mempengaruhi
kualitas hasil ekstraksi. Proses ekstraksi yang terlalu lama akan mengakibatkan
rusaknya kandungan tanin (Shinta dkk.,
2008).
Proses ekstraksi
yang terlalu singkat akan menghasilkan kandungan tanin yang kurang optimal.
Kondisi maksimum untuk ekstraksi suatu produk terjadi pada suhu dan waktu
tertentu. Setelah mencapai kondisi maksimum apabila pemanasan dilanjutkan maka kemungkinan
akan terjadi dekomposisi pigmen. Oleh karena itu perlu dikaji waktu ekstraksi
yang optimal sehingga menghasilkan ekstrak yang memiliki kuantitas dan kualitas
yang baik pula. Diperhatikan dalam proses ekstraksi
tanin karena juga dapat mempengaruhi kualitas hasil ekstraksi. Proses ekstraksi
yang terlalu lama akan mengakibatkan rusaknya kandungan tanin (Shinta dkk., 2008).
BAB 2
METODE
2.1 Ekstraksi Senyawa Tanin dari
Daun Trembesi
1. Sebanyak 1 kg serbuk kering daun
tanaman trembesi
2. dimaserasi dengan 6,5 liter etanol
teknis 96 % selama ± 24 jam.
3. Hasil maserasi dilarutkan dalam
etanol : air (3:7) dengan penambahan 3 mL asam askorbat 10 ml
4. kemudian etanolnya diuapkan dengan
penguap putar vakum.
5. Ekstrak air dipartisi dengan
nheksana, kloroform dan aseton.
6. Ekstrak n-heksana,kloroform, air,
dan aseton yang diperoleh selanjutnya diuji tanin. Ekstrak yang menunjukkan
positif tanin
2.2
Uji Fitokimia Senyawa Tanin pada Ekstrak Daun Trembesi
1. Uji tanin dilakukan terhadap ekstrak
nheksana, ekstrak kloroform, ekstrak aseton dan ekstrak air.
2. Masing-masing ekstrak dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan direaksikan dengan larutan FeCl3 1 %,
3. jika ekstrak mengandung tanin akan terbentuk
warna hijau kehitaman atau biru tua, sesuai dengan yang telah dilakukan Sa’adah
(2010).
4. Ekstrak ditambahkan dengan larutan
gelatin, jika terbentuk endapan putih maka positif mengandung tanin.
5. Selanjutnya dilakukan uji fitokimia
untuk membedakan antara tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis dengan
menambahkan formaldehid 3 % + HCl 1 N (2:1)
6. Untuk menentukan adanya tanin
terkondensasi, jika terbentuk endapan warna merah muda maka positif mengandung
tanin terkondensasi.
7. Filtrat hasil uji tanin
terkondensasi diuji dengan FeCl3 1 % untuk menentukan tanin terhidrolisis. Jika
menunjukkan warna biru tinta atau hitam maka ekstrak positif mengandung tanin
terhidrolisis
2.3 Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Tanin
1. Pemisahan dengan
KLT dilakukan menggunakan fase diam plat klt dan fase gerak {n- butanol : asam asetat : air
(BAA) (4:1:5), Etil asetat : kloroform : asam asetat 10 % (7:2:1), Metanol :
kloroform (4:1), dan Etanol : etil asetat (3:2)}.
2. Noda yang
terbentuk diperiksa dengan lampu UV 254 nm dan 366 nm,dan masing-masing noda diukur harga Rfnya.
3. Selanjutnya
pengembang yang menunjukkan noda terbanyak dan terpisah dengan baik, digunakan
sebagai fase gerak pada KLT preparatif.
4. Pemisahan dengan KLT preparatif menggunakan
eluen n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4:1:5) yang memberikan pemisahan
terbaik pada KLT.
5. Noda yang
terbentuk berupa pita diperiksa di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm. Noda pada
KLT Preparatif dikeruk dan dilarutkan
dengan aseton yang selanjutnya diuji fitokimia dan diuji kemurnian dengan KLT.
6. Diidentifikasi
dengan spektrofotometer UV-Vis dan FTIR.
2.4 Identifikasi Senyawa Tanin dengan Spektrofotometer UV-vis dan FTIR
1.Isolat yang
menunjukkan positif mengandung tanin yang diperoleh dari hasil KLT preparatif
dilarutkan dengan aseton dan disentrifugasi,
2.selanjutnya
dianalisis denganspektrofotometer UV-Vis dan FTiR.
3.Masing-masing
isolat dimasukkan dalam kuvet dan diamati spektrum yang dihasilkan pada panjang
gelombang 200-800 nm.
4. KBr ditambahkan
dengan isolat yang diduga senyawa tannin diidentifikasi dengan spektrofotometer
FTIR dengan panjang gelombang 4000-400 cm-1, spektrum yang terbentuk diamati.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil uji fitokimia
Ekstrak kloroform, air dan aseton
dari daun trembesi menunjukkan positifterhadap uji FeCl3 dengan menghasilkan
perubahan warna coklat menjadi hijau kehitaman.Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak kloroform, airdan aseton daun trembesi mengandung senyawafenol. Hasil
uji fitokimia ekstrak air dan aseton daun trembesi dengan larutan gelatin menunjukkan
adanya endapan putih, sehingga diperoleh hasil bahwa ekstrak air dan aseton
daun trembesi positifmengandung senyawa tanin. Namun uji fitokimiadengan
larutan formaldehid 3 % + HCl 1 N (2:1) tidak menunjukkan adanya endapan merah
muda,hal ini menunjukkan bahwa ekstrak air dan aseton daun trembesi tidak
mengandung tanin terkondensasi. Hasil uji fitokimia dari filtrat ujitanin
terkondensasi menunjukkan warna hitam,dimungkinkan ekstrak air dan aseton daun
trembesi positif mengandung tanin terhidrolisis
3.2 Pemisahan dan Pemurnian senyawa
Tanin
Pemisahan senyawa tanin pada
penelitian ini didahului dengan pemilihan eluen terbaik untuk menentukan fase
gerak yang digunakan.Berdasarkan hasil pemisahan diperoleh bahwa eluen
n-butanol:asam asetat:air (4:1:5) (BAA) memberikan pemisahan terbaik, hal ini
dapat dilihat dengan adanya noda yang terpisah dengan baik dan jumlah noda
terbanyak yaitu 6 noda. Sehingga eluen ini digunakan dalam pemisahan senyawa
tanin dengan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP). Hasil pemisahan dengan
KLT preparatif diperoleh noda berupa pita sebanyak 6 pita dilihat dengan lampu
UV 366 nm. Hasil uji fitokimia isolate hasil KLTP menunjukkan bahwa isolat 1
(kuning) positif mengandung senyawa fenol, namun negatif terhadap uji dengan larutan
gelatin sehingga isolat 1 dapat dinyatakan tidak mengandung senyawa tanin.
Isolat 2 dan 3 menunjukkan positif mengandung tanin terhidrolisis dengan
intensitas warna yang sama. Selanjutnya isolat 2 dan isolat 3 diuji kemurnian
dengan KLT analitik,diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis dan FTIR
serta diuji aktivitas antibakteri E. Coli untuk memastikan bahwa senyawa tanin
memiliki potensi antibakteri E. coli. Berdasarkan hasil diatas isolat 2 dan
isolat 3 positif mengandung tanin memiliki nilai Rf 0,61 dan 0,65. Isolat 2 dan
3 hasil KLTP dilakukan uji kemurnian dengan KLT menggunakan beberapa eluen dan
menunjukkan bahwa isolat 2 dan 3 hasil KLTP relatif murni secara KLT
3.3 Identifikasi Senyawa Tanin
dengan Spektrofotometer UV-vis dan FTIR
Spektrum UV-Vis dari isolat 2 dan isolat 3 menunjukkan panjang gelombang maksimum masing-masing 346,50 nm dan 347,00 nm. Panjang gelombang maksimum yang ditunjukkan kedua isolat tidak berbeda jauh dan berada antara 300-550 nm yang diperkirakan adanya transisi π π* yang mengindikasikan adanya ikatan C=C terkonjugasi dan transisi n π* berupa kromofor C=O (Sastrohamidjojo, 2001). Identifikasi senyawa tanin menggunakan spektrofotometer FTIR dilakukan analisis pada bilangan gelombang di daerah IR 4000-400 cm-1. Spektrum serapan inframerah dari isolat 2 dan 3 hasil KLTP dipaparkan pada Gambar 2.Spektrum inframerah dari isolat 2 hasil pemisahan KLTP tampak adanya serapan pada daerah 3556,74 cm-1 dan 3251,98 cm-1 dengan intensitas kuat dan bentuk pita lebar menunjukkan adanya gugus fungsi seperti rentangan O-H.

BAB 4
KESIMPULAN
Jenis senyawa tanin yang terdapat
dalam ekstrak daun trembesi (Samanea saman (Jacq.)Merr) yang berpotensi sebagai
antibakteri E.coli adalah tanin terhidrolisis dengan gugusgugus fungsi karakteristik
yaitu gugus -O-H, CH alifatik, C=O ester, C=C aromatik, C-O-H,dan C-O-C eter.
DAFTAR PUSTAKA
Adha,
A. C. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak.
Etanol Daun Alpukat (Persea americanaMill.) Terhadap Aktivitas Diuretik Tikus
Putih Jantan Sprague-Dawley. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Badan
Pusat Statistik. 2012. Pertanian dan
Pertambangan : Produksi Buah-Buahan di Indonesia 2012. Dilihat 4 Mei 2013.http://www.bps.go.id.
Prayitno,
Endro K. dan Nurimaniwati. 2003. Proses
Ekstraksi Bahan Pewarna Alam dari Limbah Kayu Mahoni. Puslitbang Teknologi Maju.
BATAN. Yogyakarta. Hal.207 – 213.
Putri,
Widya D. R., Elok Z. dan Sholahudin. 2005.
Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan
Pengestrak. Jurnal Teknologi Pertanian 4(1) : 13-24.
Shinta,
Endro dan Anjani P. 2008. Pengaruh
Konsentrasi Alkohol dan Waktu Ekstraksi terhadap Ekstraksi Tannin dan Natrium
Bisulfit dari Kulit Buah Manggis. Makalah Seminar Nasional Soebardjo
Brotohardjono. Surabaya. Hal 31–34.
No comments:
Post a Comment