hight

Friday, January 20, 2017

senyawa tanin



DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................. 1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 TEORI ...................................................................................................... 2
BAB 2 METODE ..................................................................... 4
2.1 Ekstraksi Senyawa Tanin dari Daun Trembesi........................................ 4
2.2 Uji Fitokimia Senyawa Tanin pada Ekstrak Daun Trembesi .................. 4
2.3 Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Tanin.............................................. 5
2.4 Identifikasi Senyawa Tanin dengan Spektrofotometer UV-vis dan FTIR 5
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................... 6
3.1 Hasil uji fitokimia...................................................................................... 6
3.2 Pemisahan dan Pemurnian senyawa Tanin ............................................. 6
3.3 Identifikasi Senyawa Tanin dengan Spektrofotometer UV-vis dan FTIR 7
BAB 4 KESIMPULAN.............................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA   ............................................................. 9

BAB 1
PENDAHULUAN
1.     TOERI
      Tanaman  alpukat  merupakan tanaman yang cukup banyak ditemukan di Indonesia. Pada tahun 2012, produksi buah alpukat di Indonesia mencapai  290.810  ton.  Produksi buah 10 tahun terakhir mencapai  rata-rata 243.930 ton (Badan Pusat  Statistik,  2012).  Semakin  meningkatnya permintaan terhadap alpukat, penanamannya pun semakin meningkat. Walaupun bukan tanaman  asli  Indonesia, keberadaan  alpukat  tidak  asing  lagi  bagi masyarakat.  Pada  penelitian  tentang  penapisan fitokimia  daun  alpukat (Adha,  2009), diketahui bahwa daun alpukat  mengandung  senyawa flavonoid,  tanin  dan  kuinon. Tanin, sebagai zat pewarna akan menimbulkan warna cokelat atau kecokelatan (Prayitno dkk., 2003). Pengambilan tanin dari suatu senyawa dapat dilakukan dengan cara ekstraksi.Salah satu faktor yang berpengaruh pada proses ekstraksi zat warna adalah jenis pelarut. Menurut Artati dan Fadilah (2007), tanin merupakan golongan senyawa polifenol yang sifatnya polar, dapat larut dalam gliserol, alkohol dan hidroalkoholik, air dan aseton, tetapi tidak larut dalam kloroform, petroleum eter dan benzene.

      Pada ekstraksi dengan menggunakan air, umumnya menghasilkan rendemen yang cukup banyak, namun kandungan zat warna tanin yang didapat sedikit, sehingga akan berpengaruh juga terhadap hasil pewarnaan. Oleh karena itu perlu adanya percobaan dengan jenis pelarut lain agar didapat hasil ekstrak zat warna daun alpukat yang maksimal. Pada penelitian ini, pelarut yang digunakan antara lain etanol 95% dan aseton dengan proporsi tertentu. Untuk mendapatkan ekstrak zat warna yang maksimal, maka perlu digunakan larutan pengesktrak yang cocok dengan sifat zat yang akan diekstrak dimana zat yang akan diekstrak dapat larut di dalamnya (Putri dkk., 2005). Faktor waktu ekstraksi juga merupakan hal yang cukup penting diperhatikan dalam proses ekstraksi tanin karena juga dapat mempengaruhi kualitas hasil ekstraksi. Proses ekstraksi yang terlalu lama akan mengakibatkan rusaknya kandungan tanin (Shinta  dkk., 2008).

      Proses ekstraksi yang terlalu singkat akan menghasilkan kandungan tanin yang kurang optimal. Kondisi maksimum untuk ekstraksi suatu produk terjadi pada suhu dan waktu tertentu. Setelah mencapai kondisi maksimum apabila pemanasan dilanjutkan maka kemungkinan akan terjadi dekomposisi pigmen. Oleh karena itu perlu dikaji waktu ekstraksi yang optimal sehingga menghasilkan ekstrak yang memiliki kuantitas dan kualitas yang baik pula. Diperhatikan dalam proses ekstraksi tanin karena juga dapat mempengaruhi kualitas hasil ekstraksi. Proses ekstraksi yang terlalu lama akan mengakibatkan rusaknya kandungan tanin (Shinta  dkk., 2008).

























BAB 2
METODE
2.1 Ekstraksi Senyawa Tanin dari Daun Trembesi
1. Sebanyak 1 kg serbuk kering daun tanaman trembesi
2. dimaserasi dengan 6,5 liter etanol teknis 96 % selama ± 24 jam.
3. Hasil maserasi dilarutkan dalam etanol : air (3:7) dengan penambahan 3 mL asam askorbat 10 ml
4. kemudian etanolnya diuapkan dengan penguap putar vakum.
5. Ekstrak air dipartisi dengan nheksana, kloroform dan aseton.
6. Ekstrak n-heksana,kloroform, air, dan aseton yang diperoleh selanjutnya diuji tanin. Ekstrak yang menunjukkan positif tanin
2.2 Uji Fitokimia Senyawa Tanin pada Ekstrak Daun Trembesi
1. Uji tanin dilakukan terhadap ekstrak nheksana, ekstrak kloroform, ekstrak aseton dan ekstrak air.
2. Masing-masing ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan direaksikan dengan larutan FeCl3 1 %,
3.  jika ekstrak mengandung tanin akan terbentuk warna hijau kehitaman atau biru tua, sesuai dengan yang telah dilakukan Sa’adah (2010).
4. Ekstrak ditambahkan dengan larutan gelatin, jika terbentuk endapan putih maka positif mengandung tanin.
5. Selanjutnya dilakukan uji fitokimia untuk membedakan antara tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis dengan menambahkan formaldehid 3 % + HCl 1 N (2:1)
6. Untuk menentukan adanya tanin terkondensasi, jika terbentuk endapan warna merah muda maka positif mengandung tanin terkondensasi.
7. Filtrat hasil uji tanin terkondensasi diuji dengan FeCl3 1 % untuk menentukan tanin terhidrolisis. Jika menunjukkan warna biru tinta atau hitam maka ekstrak positif mengandung tanin terhidrolisis


2.3 Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Tanin
1. Pemisahan dengan KLT dilakukan menggunakan fase diam plat klt dan fase gerak {n- butanol : asam asetat : air (BAA) (4:1:5), Etil asetat : kloroform : asam asetat 10 % (7:2:1), Metanol : kloroform (4:1), dan Etanol : etil asetat (3:2)}.
2. Noda yang terbentuk diperiksa dengan lampu UV 254 nm dan 366 nm,dan masing-masing noda diukur harga Rfnya.
3. Selanjutnya pengembang yang menunjukkan noda terbanyak dan terpisah dengan baik, digunakan sebagai fase gerak pada KLT preparatif.
4.  Pemisahan dengan KLT preparatif menggunakan eluen n-butanol : asam asetat : air (BAA) (4:1:5) yang memberikan pemisahan terbaik pada KLT.
5. Noda yang terbentuk berupa pita diperiksa di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm. Noda pada KLT Preparatif dikeruk dan  dilarutkan dengan aseton yang selanjutnya diuji fitokimia dan diuji kemurnian dengan KLT.
6. Diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis dan FTIR.

2.4 Identifikasi Senyawa Tanin dengan Spektrofotometer UV-vis dan FTIR
1.Isolat yang menunjukkan positif mengandung tanin yang diperoleh dari hasil KLT preparatif dilarutkan dengan aseton dan disentrifugasi,
2.selanjutnya dianalisis denganspektrofotometer UV-Vis dan FTiR.
3.Masing-masing isolat dimasukkan dalam kuvet dan diamati spektrum yang dihasilkan pada panjang gelombang 200-800 nm.
4. KBr ditambahkan dengan isolat yang diduga senyawa tannin diidentifikasi dengan spektrofotometer FTIR dengan panjang gelombang 4000-400 cm-1, spektrum yang terbentuk diamati.







BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil uji fitokimia
Ekstrak kloroform, air dan aseton dari daun trembesi menunjukkan positifterhadap uji FeCl3 dengan menghasilkan perubahan warna coklat menjadi hijau kehitaman.Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kloroform, airdan aseton daun trembesi mengandung senyawafenol. Hasil uji fitokimia ekstrak air dan aseton daun trembesi dengan larutan gelatin menunjukkan adanya endapan putih, sehingga diperoleh hasil bahwa ekstrak air dan aseton daun trembesi positifmengandung senyawa tanin. Namun uji fitokimiadengan larutan formaldehid 3 % + HCl 1 N (2:1) tidak menunjukkan adanya endapan merah muda,hal ini menunjukkan bahwa ekstrak air dan aseton daun trembesi tidak mengandung tanin terkondensasi. Hasil uji fitokimia dari filtrat ujitanin terkondensasi menunjukkan warna hitam,dimungkinkan ekstrak air dan aseton daun trembesi positif mengandung tanin terhidrolisis
3.2 Pemisahan dan Pemurnian senyawa Tanin
Pemisahan senyawa tanin pada penelitian ini didahului dengan pemilihan eluen terbaik untuk menentukan fase gerak yang digunakan.Berdasarkan hasil pemisahan diperoleh bahwa eluen n-butanol:asam asetat:air (4:1:5) (BAA) memberikan pemisahan terbaik, hal ini dapat dilihat dengan adanya noda yang terpisah dengan baik dan jumlah noda terbanyak yaitu 6 noda. Sehingga eluen ini digunakan dalam pemisahan senyawa tanin dengan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP). Hasil pemisahan dengan KLT preparatif diperoleh noda berupa pita sebanyak 6 pita dilihat dengan lampu UV 366 nm. Hasil uji fitokimia isolate hasil KLTP menunjukkan bahwa isolat 1 (kuning) positif mengandung senyawa fenol, namun negatif terhadap uji dengan larutan gelatin sehingga isolat 1 dapat dinyatakan tidak mengandung senyawa tanin. Isolat 2 dan 3 menunjukkan positif mengandung tanin terhidrolisis dengan intensitas warna yang sama. Selanjutnya isolat 2 dan isolat 3 diuji kemurnian dengan KLT analitik,diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis dan FTIR serta diuji aktivitas antibakteri E. Coli untuk memastikan bahwa senyawa tanin memiliki potensi antibakteri E. coli. Berdasarkan hasil diatas isolat 2 dan isolat 3 positif mengandung tanin memiliki nilai Rf 0,61 dan 0,65. Isolat 2 dan 3 hasil KLTP dilakukan uji kemurnian dengan KLT menggunakan beberapa eluen dan menunjukkan bahwa isolat 2 dan 3 hasil KLTP relatif murni secara KLT

3.3 Identifikasi Senyawa Tanin dengan Spektrofotometer UV-vis dan FTIR

Spektrum UV-Vis dari isolat 2 dan isolat 3 menunjukkan panjang gelombang maksimum masing-masing 346,50 nm dan 347,00 nm. Panjang gelombang maksimum yang ditunjukkan kedua isolat tidak berbeda jauh dan berada antara 300-550 nm yang diperkirakan adanya transisi π π* yang mengindikasikan adanya ikatan C=C terkonjugasi dan transisi n π* berupa kromofor C=O (Sastrohamidjojo, 2001). Identifikasi senyawa tanin menggunakan spektrofotometer FTIR dilakukan analisis pada bilangan gelombang di daerah IR 4000-400 cm-1. Spektrum serapan inframerah dari isolat 2 dan 3 hasil KLTP dipaparkan pada Gambar 2.Spektrum inframerah dari isolat 2 hasil pemisahan KLTP tampak adanya serapan pada daerah 3556,74 cm-1 dan 3251,98 cm-1 dengan intensitas kuat dan bentuk pita lebar menunjukkan adanya gugus fungsi seperti rentangan O-H.



BAB 4
KESIMPULAN
Jenis senyawa tanin yang terdapat dalam ekstrak daun trembesi (Samanea saman (Jacq.)Merr) yang berpotensi sebagai antibakteri E.coli adalah tanin terhidrolisis dengan gugusgugus fungsi karakteristik yaitu gugus -O-H, CH alifatik, C=O ester, C=C aromatik, C-O-H,dan C-O-C eter.




























DAFTAR PUSTAKA
Adha, A. C. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak. Etanol Daun Alpukat (Persea americanaMill.) Terhadap Aktivitas Diuretik Tikus Putih Jantan Sprague-Dawley. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2012. Pertanian dan Pertambangan : Produksi Buah-Buahan di Indonesia 2012. Dilihat 4 Mei 2013.http://www.bps.go.id.
Prayitno, Endro K. dan Nurimaniwati. 2003. Proses Ekstraksi Bahan Pewarna Alam dari Limbah Kayu Mahoni. Puslitbang Teknologi Maju. BATAN. Yogyakarta. Hal.207 – 213.
Putri, Widya D. R., Elok Z. dan Sholahudin. 2005. Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengestrak. Jurnal Teknologi Pertanian 4(1) : 13-24.

Shinta, Endro dan Anjani P. 2008. Pengaruh Konsentrasi Alkohol dan Waktu Ekstraksi terhadap Ekstraksi Tannin dan Natrium Bisulfit dari Kulit Buah Manggis. Makalah Seminar Nasional Soebardjo Brotohardjono. Surabaya. Hal 31–34.

No comments:

Post a Comment